Ilustrasi|google |
Persiapan Menjadi Orang Tua Hebat
(1)
Membangun
keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga sebagai unit
terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak
moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.
Calon ayah dan ibu perlu menentukan
keluarga seperti apa yang menjadi impian, pilihan dan harapannya serta perlu
memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi ayah dan ibu sebagai
anak-anaknya.
Membentuk keluarga berkualitas sesuai
amanah undang-undang yaitu sebagai sebuah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan suatu hal yang tidak mudah. Hal
ini dikarenakan nilai-nilai keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang
sah sudah banyak yang tercederai.
Bagaimana membangun sebuah keluarga?
Untuk membangun
sebuah keluarga, diperlukan perencanaan yang matang, yaitu:
- Merencanakan usia
pernikahan (20-30 tahun).
- Membina hubungan
antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok sosial.
- Merencanakan
kelahiran anak pertama persiapan menjadi orang tua.
- Mengatur jarak
kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi.
- Berhenti
melahirkan di usia 35 tahun, agar dapat merawat balita secara optimal.
- Merawat dan
mengasuh anak usia balita memenuhi kebutuhan mendasar anak (kebutuhan fisik,
kasih sayang, dan stimulasi).
Bagimana menciptakan keluarga berkualitas?
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan
guna membentuk keluarga berkualitas, yaitu:
- Menumbuh
kembangkan harapan pada diri sendiri dan keluarga akan kehidupan yang lebih
baik.
- Memberikan
teladan yang baik kepada anak-anak, mengingat perkembangan teknologi dan
globalisasi yang juga memiliki dampak negatif dan sisi moral.
- Senantiasa
memberikan nasihat kebaikan dan teguran atas perilaku dan tindakan yang
menyimpang.
- Mencari
dan membentuk lingkungan kondusif untuk perkembangan keluarga yaitu lingkungan
yang jauh dari obat-obatan terlarang, kekerasan, dan tindak asusila.
- Melakukan
pembiasan dan pengulangan terhadap hal-hal yang baik dan bermanfaat.
- Memberikan
hadiah berupa pujian bila anak berhasil melakukan hal-hal baik, serta
memberikan hukuman bila anak melanggar aturan yang telah disepakati.
Bagaimana melaksanakan fungsi keluarga?
Keluarga berkualitas yang kita ciptakan
juga akan dapat terwujud apabila masing-masing keluarga memiliki ketahanan
keluarga yang tinggi dan ketahanan keluarga hanya dapat tercipta apabila
masing-masing keluarga dapat melaksanakan fungsi-fungsi keluarga secara serasi,
selaras, dan seimbang.
Contoh, dalam sebuah keluarga yang
tercukupi secara materi, berarti fungsi ekonomi keluarga dapat dilaksanakan
secara optimal. Namun tidak akan berarti apa-apa bila dalam keluarga tersebut
tidak akan ada rasa kasih sayang dan perlindungan, karena dalam keluarga yang
demikian akan terasa gersang dan anak-anak tidak merasa nyaman tinggal di
rumah.
Ada 8 fungsi keluarga yaitu:
• Fungsi
keagamaan. Orang tua menjadi contoh panutan bagi
anak-anaknya dalam beribadah termasuk sikap dan perilaku sehari-hari sesuai
dengan norma agama.
• Fungsi
sosial-budaya. Orang tua menjadi contoh perilaku sosial-budaya
dengan cara bertutur kata, bersikap, dan bertindak sesuai dengan budaya timur,
agar anak-anak bisa melestarikan dan mengembangkan budaya dengan rasa bangga.
• Fungsi
cinta kasih. Orang tua mempunyai kewajiban memberikan cinta
kasih, kepada anak-anak, anggota keluarga lain sehingga keluarga menjadi wadah
utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih.
• Fungsi
perlindungan. Orang tua selalu berusaha menumbuhkan rasa aman,
nyaman dan kehangatan bagi seluruh anggota keluarganya, sehingga anak-anak
merasa nyaman berada di rumah.
• Fungsi
reproduksi. Orang tua sepakat untuk mengatur jumlah anak
serta jarak kelahiran dan menjaga anak-anaknya terutama yang sudah remaja,
menjaga kesehatan reproduksinya secara sehat dan menghindari kehamilan sebelum
menikah.
• Fungsi
sosialisasi dan pendidikan. Orang tua mampu mendorong anak-anaknya untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya serta mengenyam pendidikan untuk masa
depannya.
• Fungsi
ekonomi. Orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya.
• Fungsi
pembinaan lingkungan. Orang tua selalu mengajarkan kepada anak-anak
untuk menjaga dan memelihara lingkungan, keharmonisan keluarga, dan lingkungan
sekitar.
Memahami Peran Orang Tua
• Anak adalah
bagian yang tak terpisahkan dan merupakan buah cinta dari ayah dan ibu. Anak
yang lahir dari belaian kasih sayang dari ayah dan ibunya akan mampu tumbuh
menjadi pribadi yang percaya diri dan selalu siap dalam menghadapi tantangan
masa depan.
• Orang tua terbaik bukanlah mereka yang suka
menyerahkan urusan pengasuhan kepada orang lain. Oleh karena itu menciptakan
kedekatan antara orang tua
dengan anak adalah sebuah investasi yang sangat berharga.
• Kita sebagai
orang tua
akan menyesal jika tidak memulainya sejak dini. Dalam kaitannya dengan
pengasuhan, orang tua
harus menyediakan cukup waktu untuk menjalankan kedekatan dan menjadi pelatih
emosi bagi anak-anaknya.
Apa konsep pengasuhan?
Pengasuhan adalah proses mendidik, mengajarkan karakter, kontrol
diri, dan membentuk tingkah laku yang diinginkan.
•
Pengasuhan yang baik yaitu menghasilkan anak dengan
kepribadian baik yaitu menjadi:
- Orang dewasa yang cerdas,
- Memiliki kemampuan berbicara dengan baik,
- Percaya diri, mandiri, bertanggung jawab,
- Tangguh dan tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, serta
- Mampu menghadapi
tantangan dalam kehidupan kelak.
• Pengasuhan penuh
kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus dipenuhi oleh orang tua.
• Pengasuhan
berkualitas mencakup: perawatan kesehatan, gizi, pemenuhan kasih sayang, dan
stimulasi.
Ketiganya sangat diperlukan agar anak dapat
tumbuh kembang secara optimal.
Apa tujuan pengasuhan?
Untuk meningkatkan keikutsertaan orang tua dalam pengasuhan, ayah dan ibu harus
menetapkan tujuan yang jelas dalam mengasuh anak, agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Ayah dan ibu perlu berdiskusi dan menyepakati tujuan
pengasuhan sesuai dengan kondisi anak dan harapan ayah dan ibu.
Orang tua adalah pengasuh pertama dan utama bagi
anak. Pada konsidi tertentu, orang lain dapat mengganti peran orang tua sebagai pengasuh anak untuk sementara
(kakek, nenek, paman, bibi, pembantu rumah tangga, dan lain-lain) yang bertugas
menjaga anak.
Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh,
dan mendidik anak agar dapat menjalankan peran sebagai:
- Hamba Tuhan yang
taqwa, berakhlak muliah, ibadah sempurna.
- Calon istri atau
suami.
- Calon ayah atau
ibu.
- Ahli dalam suatu
bidang (profesional) dan memiliki jiwa wirausaha.
- Pendidik dalam
keluarga.
- Pengayom
keluarga.
- Orang yang
bermanfaat bagi lingkungan keluarga dan masyarakat.
Apa
pengertian pola asuh?
Pola
asuh adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua pada anak dan bersifat
konsisten (tetap) dari waktu ke waktu. Pola asuh juga merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anaknya yang meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman.
Beberapa
jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya,
antara lain:
Otoriter.
Orang tua yang otoriter memaksa anak
untuk mengikuti apa yang orangtua inginkan. Orang tua akan membuat berbagai aturan
yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan anak. Jika anak
tidak patuh, orangtua cenderung memberikan hukuman fisik yang keras. Orang tua yang otoriter tidak hangat
pada anak dan mengambil jarak dengan anak.
Gaya
pengasuhan model ini menerapkan aturan bahwa orang tua selalu benar, anak harus
selalu mematuhi apapun yang dikatakan dan disarankan orang tua. Anak akan merasa tertekan,
menarik diri dan tidak percaya pada orang tua nya. Selain itu, anak yang
mengalami pola asuh otoriter tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri,
agresif, dan bermasalah dengan belajar di sekolah sehingga teman-temannya
menjauh.
Permisif
(serba boleh).
Orang tua tidak menetapkan batas-batas
tingkah laku dan membiarkan anak mengerjakan sesuatu menurut keinginan sendiri.
Orang tua
yang permisif sangat hangat pada anak, tidak menuntut apapun dari anak dan
tidak memiliki kontrol sama sekali pada anak.
Ciri-ciri orang tua permisif:
-
Orang tua tidak menetapkan batas-batas
tingkah laku.
-
Anak
mengerjakan sesuatu sesuai keinginannya.
-
Orang tua tidak menuntut apapun dari
anak.
-
Tidak
ada kontrol sama sekali dari orang tua.
-
Orang tua bersifat longgar dan bebas.
-
Bimbingan
terhadap anak kurang.
Anak-anak
yang mengalami pola asuh serba boleh akan tumbuh menjadi anak yang tidak
percaya diri, suka melukai orang lain, mau menang sendiri, tidak mandiri, dan
kurang bertanggung jawab. Anak juga akan mengalami masalah di sekolah ketika
remaja.
Demokratis.
Pola
asuh demokratis menghargai kepentingan anak, tetapi juga menekankan kepada
kemampuan untuk mengikuti aturan sosial. Orang tua menghargai kemampuan anak
untuk mengambil keputusan, minat anak, pendapat anak, dan kepribadian anak.
Orang tua yang demokratis, bersikap
hangat pada anak dan sayang pada anak, namun tidak segan-segan mengharapkan
tingkah laku yang baik, tegas dalam menetapkan aturan di rumah, dan memberikan
batasan-batasan.
Mereka
menjelaskan mengapa anak tidak boleh melakukan sesuatu hal. Namun dengan gaya
pengasuhan seperti ini orang tua
dapat terjebak pada kompromi berlebihan dengan anak sehingga dapat dimanipulasi
oleh anak.
Anak
yang mengalami pola asuh demokratis memiliki harga diri yang tinggi, tampil
percaya diri, mandiri, dapat mengontrol diri, berani, dan senang belajar di
lingkungannya.
Diabaikan.
Orang tua dengan pola asuh ini
mengabaikan keberadaan anak, bahkan menunjukkan ketidakperdulian terhadap anak.
Mereka tidak mengambil tanggung jawab pengasuhan, dan tidak menetapkan aturan-aturan.
Anak
tumbuh tanpa arahan dan keterlibatan ayah dan ibu. Ketika dewasa anak akan
tampil sebagai remaja yang cenderung memiliki harga diri serta kepercayaan diri
yang rendah, bertingkah laku buruk, kemampuannya tertinggal dari teman-teman
seusianya, dan tidak bersemangat ke sekolah.
Dari
keempat pola asuh di atas, yang dapat membentuk anak percaya diri, berakhlak
dan cerdas adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis menetapkan harapan
yang masuk akal, membuat aturan yang jelas dan konsisten.
Hal
ini membuat anak mengetahui apa yang boleh mereka lakukan dan apa yang tidak
boleh mereka lakukan. Anak mengetahui tingkah lakunya yang dapat memuaskan
orangtua dan kapan tingkah lakunya membuat orangtua kecewa.
Mereka
diharapkan untuk berprestasi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dan
berpartisipasi aktif di dalam mengerjakan tugas-tugas di rumah (membantu
mencuci piring, membersihkan halaman, membantu ibu menyiapkan makan malam).
Ilustrasi |
12
Pola Pengasuhan Efektif
Ada
12 pola pengasuhan efektif yang bisa dilakukan orang tua kepada anak mereka
yaitu:
1.Dinamis
Pola
asuh harus dinamis. Orang tua harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman dan mampu mengubah cara-cara berinteraksi dengan anak pada saat yang
tepat.
Contoh:
Seorang anak yang sudah mampu berjalan, terkadang minta digendong, orang tua
harus mau menggendong anak dan menurunkannya kembali kalau dia sudah merasa
aman.
2. Sesuai Kebutuhan dan Kemampuan Anak
Pada
usia balita orang tua menerapkan pola
asuh yang tuntutan dan batasan yang tinggi dalam rangka membentuk kebiasaan
positif ada anak. Ketika anak sudah lebih besar orang tua dapat melonggarkan
batasan karena anak sudah mampu melakukannya sendiri.
Contoh:
Ketika anak balita, orang tua melatih anak mandi sendiri dan makan sendiri.
Orang tua perlu melatihnya terus dan tidak membantu anak agar anak mampu
melakukan sendiri. Hal ini akan membuat mandiri.
3. Ayah dan Ibu Konsisten
Ayah
dan Ibu harus memiliki kesamaan dalam penerapan nilai-nilai.
Contoh:
Jika Ibu mengajarkan sikap hemat, ayah juga melatih anak hemat dan tidak member
anak uang di luar pengetahuan ibu.
4. Teladan Positif
Pola
asuh harus disertai teladan prilaku positif orang tua. Orang tua harus menjadi
contoh tingkah laku yang ingin dibentuk.
Contoh:
Untuk bersikap jujur, ayah dan ibu harus berlaku jujur di dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Komunikasi yang Baik
Orang
tua membangun komunikasi yang baik dengan anak. Ciptakan suasana nyaman ketiak
berkomunikasi agar anak berani mengungkapkan perasaan dan permasalahan yang
sedang dihadapi.
6. Berikan Pujian
Berikan
pujian atau penghargaan kepada anak ketika mereka melakukan suatu hal yang
baik.
7. Berpikir Kedepan
Biasakan
membuat aturan bersama dengan anak.
Contoh:
Waktu tidur adalah jam 21.00 WIB
8. Libatkan Anak
Buatlah
aturan untuk disepakati bersama dengan anak Anda tentang kegiatan sehari-hari.
9. Sabar
Guanakan
kata-kata yang baik ketika mengingatkan anak (jangan gampang marah dan hindari
kata-kata kasar).Disi
10. Beri Penjelasan
Perintah
anak dengan kata-kata yang jelas.
11. Realistis
Gunakan
kata-kta yang baik ketika mengingatkan anak (jangan gampang marah dan hindari
kata-kata kasar).
12. Jaga Kebersamaan
Buatlah
atuaran untuk disepakati bersama dengan anak Anda tentang kegiatan sehari-hari.
Apa
Saja Faktor Penting dalam Pengasuhan?
- Disiplin
Disiplin adalah
membentuk kebiasaan atau perilaku. Pembentukan kebiasaan ini akan berhasil jika
dilakukan dengan kasih saying.
Fungsi
disiplin:
-
Memberitahukan
kepada anak apa-apa yang harus dikerjakan sesuai harapan orang tua. Contoh: Ibu
ingin tutur katamu baik. Ayah ingin anak laki-laki ayah membantu mengurus
binatang ternak. Ayah dan ibu ingin kamu beribadah dengan tertib.
-
Memberitahukan
kepada anak apa-apa yang harus dia kerjakan sesuai harapan orang tua. Contoh:
Tidak boleh membuang makanan. Tidak boleh bermain game terus menerus.
Orang
tua perlu menerapkan disiplin dalam membentuk tingkah lakuk positif dan
kebiasaan ibadah yang berkaitan dengan hukum-hukum dalam agama. Orang tua
umumnya menyampaikan nilai-nilai keagamaan, nilai moral dan peran tertentu pada
satu jenis kelamin. Contoh: Anak perempuan harus mampu mengerjakan pekerjaan
rumah dan anak laki-laki mampu membantu ayah bekerja.
Keyakinan
agama dan ketaatan menjalankan ajaran agama hanya dapat terwujud apabila ada
usaha dan ketetapan (konsistensi) dari orang tua. Anak akan merasa bingung jika
orang tua mewajibkannya berbuat baik dan taat beragama, namun orang tua
melakukan perbuatan yang buruk dan melanggar perintah agama.
Langkah
Disiplin dengan Kasih Sayang
- Mengajari
anak untuk mengerti petunjuk, peraturan dan perintah orang dewasa. Orang tua
diharapkan mengulang-ulang peraturan, perintah, petunjuk, dan harapan agar anak
melakukan tingkah laku yang diinginkan.
- Peratuaran
yang diberikan harus bersifat:
a) Masuk
akal; orang tua mengajari anak tentang hal-hal yang mampu ia lakukan sesuai
usianya.
b) Positif;
orang tua member petunjuk tertentu yang mengarahkan anak untuk melakukan
tingkah laku yang positif. Contoh: “Jangan lari-lari!” dan “Berjalan dengan
baik!”.
c) Jelas; batasan yang jelas artinya orang tua
mengajari anak sehingga anak tahu apa yang diharapkan. Contoh: Tutup kembali
pintu ketika kamu masuk. Berbicara yang sopan kepada ayah dan ibu. Bermain
bersama kakak.
Adil;
orang tua dapat menjelaskan apa yang dilakukan, kapan melakukannya, sebaiknya
apa yang harus dilakukan. Contoh alasan yang dibuat: “Ibu lakukan ini karena
ibu takut kepada Allah” atau “Ibu ingin kamu aman”.
Langkah Disiplin dengan Kasih Sayang
Mengajari
anak untuk melakukan hal yang benar tanpa pengawasan orang dewasa dan hukuman
orang dewasa.
Setelah
anak melakukan harapan yang diberikan orang tua anak terkadang melakukan
kesalahan. Orang tua harus meluruskan tingkah laku yang tidak sesuai harapan
dengan mengajukan pertanyaan. Contoh: “Bukankah sekarang tugasmu belajar?”
Faktor Penting Pengasuhan Disiplin
Cara
ini mengajari anak untuk memperhatikan tingkah lakunya dan mengikuti petunjuk.
Tindakan yang efektif dalam menerapkan disiplin pada anak adalah dengan
berusaha memberikan penjelasan atau mengadakan pendekatan kepada anak.
Hukuman yang Baik
Jika
orang tua, guru atau pendamping anak menilai perlu memberi anak hukuman maka
berikan hukuman sesuai dengan fungsinya, yaitu menghalangi, mendidik, dan
mendorong (memotivasi).
Hukuman
yang baik memenuhi pemikiran dasar sebagai berikut:
a.
Sesuai
dengan jenis pelanggaran dan diberikan secepatnya,
b.
Berisifat
konsisten
c.
Tidak
menyerang secara langsung pada diri pribadi anak, tidak menyingung suku, agama,
dan fisik (warna kulit, bentuk mata, berat badan, tinggi badan, cacat tubuh,
dan sebagainya).
d.
Membangun
diri anak
e.
Ada
penjelasan mengenai alasan mengapa hukuman diberikan kepada anak
f.
Mengarah
kepada pembentukan hati nurani (moral)
g.
Tidak
boleh membuat anak merasa terhina atau menimbulkan rasa permusuhan.
Komunikasi
Komunikasi
merupakan hal yang sangat penting dalam pengasuhan anak, karena menjadi dasar
bagi hubungan orang tua dan anak.
Faktor Penting Pengasuhan Komunikasi
Pada
saat berkomunikasi orang tua harus memperhatikan perasaan apa yang sedang
dirasakan anak dan bahasa tubuh anak. Agar komunikasi berjalan dengan baik,
maka orang tua perlu memahami perasaan naak dan menyampaikan kata-kata dengan
cara yang baik.
Orang
tua juga memilih kata-kata yang positif agar anak memiliki konsep diri yang
positif dan memahami pesan yang disampaikan oleh orang tua. Secara umum manusia
ingin perasaannya didengar, diterima, dan dihargai.
Bagaimana
pengaruh perasaan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak?
1.
Perasaan
memberikan kekuatan atau tenaga
2.
Perasaan
positif mendorong berprestasi.
Perasaan positif bisa meningkatkan
kapasitas daya serap otak. Contoh: Anak yang bahagia karena mendapat perhatian
yang cukup dari orang tuannya akan mudah menyerap informasi yang diajarkan
orang tua.
3.
Perasaan
negatif jika tidak terlalu besar akan mendorong berprestasi.
Jika intensitasnya tinggi akan
menghambat seorang anak berprestasi. Contoh: Jika anak terlalu cemas, ia akan
sulit tampil di depan orang lain.
4.
Perasaan
negatif menghambat perkembangan anak.
Anak perlu latihan untuk mengendalikan
emosi dalam komunikasi. Anak perlu arahan dan kendali dengan empati.
Perkembangan emosi maju mundur dan terpengaruh oleh lingkungan.
Mengapa
penting melatih anak mengungkapkan perasaannya?
Jika
orang tua menerima perasaannya:
1.
Anak
merasa nyaman
2.
Anak
merasa perasaannya penting, dirinya berharga
3.
Perasaan
negatif hilang
4.
Ingin
meneruskan pembicaraan
5.
Orang
tua mengerti yang sebenarnya
6.
Hubungan
menjadi baik dan tumbuh rasa hormat
Perasaan
seperti air, jika terhambat akan mencari jalan keluar sendiri. Anak perlu
latihan mengungkapkan perasaan dengan cara yang tepat.
Jika
anak merasa orang tua menolak perasaannya:
1.
Anak
merasa bingung dan kesal
2.
Tidak
percaya pada perasaannya sendiri
3.
Tidak
mengenali perasaannya
4.
Penyebab
rasa kurang percaya diri
5.
Konsep
diri negatif
Mengapa penting membaca bahasa tubuh
anak?
Komunikasi tatap muka ditentukan oleh
90% dari pesan bahasa tubuh.
1.
Bahasa
tubuh menyampaikan yang tak terkatakan anak
2.
Bahasa
tubuh tidak bisa bohong
3.
Bahasa
tubuh mengirimkan aura dalam komunikasi
Bersambung….
(sumber: buku 1 Menjadi Orangtua Hebat dalam Mengasuh Anak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar