Jauhi Diri dari
Narkoba
Pertanyaan:
Assalamualaikum
wr, wb..
Bagaimana
caranya agar saya bisa menjaga diri dari Narkoba. Satu lagi yang mau saya tanyakan, jika ada teman yang
terkena Narkoba, bagaimana cara saya untuk mengembalikannya normal seperti
sedia kala? Terimakasih…
Andi
– siswa SMA Banda Aceh
Jawaban:
Walaikumsalam
wr,wb…
Rahmat Nazillah, Konselor Sebaya |
Lingkungan
akan sangat berpengaruh bagi perkembangan kita, terlebih saat ini kamu sedang
berada dimasa yang disebut dengan masa puber. Pada masa inilah perlu pengawasan
lebih dari keluarga agar segala sesuatu yang kita lakukan bukanlah sesuatu yang
dilarang atau sesuatu yang tidak baik. Sebagai seorang remaja yang sedang
berkembang, kamu haruslah mulai belajar untuk memilih jalan yang akan kamu
lalui, termasuk dalam berteman dan pergaulan.
Sejatinya
dalam berteman kita bisa saja memiliki teman darimana saja, dan siapa saja.
Namun dalam pergaulan kita haruslah berhati-hati
karena tidak semua teman bisa kita ajak untuk bergaul, semua itu tergantung
pada pola dan tingkah perilakunya.
Sebagai
seorang remaja, untuk menjaga diri kamu tidaklah harus menjauhi orang-orang
yang telah kecanduan Narkoba, namun yang perlu kamu perhatikan
adalah garis pergaulannya seperti yang telah saya jelaskan tadi. Tetap
mengingat keluarga yang telah membesarkan kamu dan mengharapkan kamu tumbuh
menjadi seorang anak yang bisa dibanggakan. Kemudian, mintalah
pengawasan lebih dari keluarga kita agar komunikasi intens bisa terjalin dimasa
keemasan sebagai seorang remaja.
Lantas
bagaimana kita bisa mengajak kembali teman-teman yang
telah kecanduan dengan narkoba? Pada dasarnya Narkoba
dilarang karena dapat menyebabkan halusinasi dan kecanduan terhadapnya. Mengajak seorang pecandu narkoba untuk
tidak menggunakan Narkoba lagi bukanlah perkara yang mudah.
Karena efek dari Narkoba yang telah mendarah daging pada
dirinya dapat membuat dia bisa melakukan apa saja.
Namun
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk teman kamu itu, antara lain :
1. Sebagai
seorang remaja, tugas kamu hanya mencoba mengajak dia mengikuti arah pergaulan
kamu, yaitu pergaulan yang sehat dan positif. Usahakan dia bisa terus mengikuti
arah pergaulan kamu sambil berharap dia sedikit demi sedikit dapat melupakan Narkoba.
2. Jangan
sesekali kamu langsung menyalahkan dia atau berkata-kata
soal Narkoba dihadapan dia, karena hal ini
ditakutkan bisa membuat dia tersinggung, marah, dan kemudian dapat menjauhi
kamu.
3. Berbicara
dengan keluarganya adalah solusi lain yang dapat kamu lakukan, sehingga nanti
keluarganya juga dapat mengambil sikap untuk merehabilitasimya.
Mungkin itulah sedikit hal yang bisa kamu lakukan
terhadap orang-orang yang kecanduan dengan Narkoba.
Semoga bermanfaat dan bisa memberikan solusi yang baik nantinya. (*)
Memiliki Sifat Sombong dan Sulit Mencari Teman
Pertanyaan:
Assalamualaikum
wr,wb…
Saya merasakan masih banyak kekurangan dalam diri
saya, suka pamer dan cepat bosan terkadang membuat saya sulit untuk mencari
teman. Apakah ada jalan keluar untuk menghadapi masalah tersebut. Terimakasih…
Budi (nama
disamarkan) siswa salah satu SMA di Banda Aceh
Walaikumsalam
wr, wb...
Budi, saya memberikan apresiasi karena Anda
sudah mampu mengenali diri Anda. Sebagian
orang merasakan kesulitan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Semoga kesadaran Budi ini dapat dicontoh oleh remaja lainnya.
Ini ya yang bisa Budi lakukan untuk memperbaiki diri:
1. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.
Tidak ada manusia yang sempurna dimuka bumi ini, karena kesempurnaan adalah
miliknya sang maha pencipta. Ini yang harus kita tanamkan pada diri kita.
2. Setiap manusia telah dititipkan dua potensi dalam
dirinya yaitu potensi kebaikan dan juga keburukan. Seperti yang difirmankan
Allah Swt “Dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan (pilihan haq atau bathil)”. (QS Al Balad [90]:10 )
3. Kita memiliki
banyak aturan, seperti aturan agama, hukum negara, norma-norma namun banyak hal yang kita diberikan kebebasan
untuk memilih. “Life is how to choose because the choice is
yours”.
4. Sudut pandang akan
sangat menentukan hasil yang akan kita dapatkan. Sudut pandang akan sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap yang akan
mempengaruhi prilaku kita.
5. Suka pamer, mungkin saat ini menjadi kelemahan untuk anda tetapi
sebenarnya kelemahan ini justru akan menjadi kekuatan untuk anda asalkan
digunakan sesuai porsi dan tempatnya.
“Pamer” adalah
keahlian yang harus dimiliki seorang yang berprofesi sebagai marketing(tenaga
pemasaran). Cepat bosan mutlak diperlukan oleh mereka yang menjual ide kreatif,
karena mereka akan melakukan berbagai macam inovasi untuk menciptakan sesuatu
yang dapat diterima di pasar dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Jadi pada
intinya suka pamer dan juga cepat bosan dapat dilihat dari berbagai sisi, dan
pilihan kita untuk melihat dari sisi yang mana akan sangat menentukan hasil
yang akan kita dapatkan.
6. Untuk kesulitan
mendapatkan teman, terkadang kita tidak memposisikan diri kita sebagai orang
lain atau teman kita. Kita sering melakukan hal yang kita tidak senang jika
orang lain melakukan hal tersebut kepada kita. Pada intinya dalam pertemanan
lakukanlah hal yang akan kita senangi jika orang lain melakukan hal tersebut
kepada kita, juga sebaliknya. Semoga masukan ini dapat membantu Budi. (*)
Menjadi Orang yang Pantang Menyerah
Pertanyaan:
Rahmat Nazillah, Konselor Sebaya |
Assalamualaikum wr.wb…
Gimana caranya kita bisa menjadi orang
yang pantang menyerah dan mau terus berusaha meski kita gagal?
Indri (16 tahun, 0853776xxxxx)
Jawaban
:
Saudari Indri yang saya
hormati,
Pada dasarnya setiap orang di dunia
pasti merasakan yang namanya gagal dan putus asa. Hal ini tidak akan pernah
bisa dihapuskan, namun dia bisa kita minimalisir dengan beberapa cara sebagai
berikut:
1. Niat
Ingin
sukses? Ingin berhasil? Semuanya bermula dari niat yang ada dihati anda. Jika
niatnya baik maka hasilnya akan baik pula, jika niatnya buruk maka nanti juga
akan ada konsekuensinya.
2. Usaha
2. Usaha
Usaha
itu ada 2 macam, melalui do’a dan melalui kerja keras. Kedua hal ini tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena do’a saja tanpa usaha tidak akan ada
artinya, begitu pula sebaliknya.
3. Keberanian
Gagal
itu tidak pernah ada, yang ada Cuma belum berhasil. Itu artinya kita harus
mengulang kembali hingga nanti suatu saat bisa berhasil. Dan itu semua butuh
keberanian, karena keberanian itu yang membuat kita bisa kuat menghadapi
sesuatu dan mau berusaha tanpa berpikir kegagalan.
4. Kekuatan
Seorang
motivator pernah berkata bahwa ada 3 kekuatan yang sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang, dan anda harus punya ketiganya agar anda tidak mudah menyerah,
yaitu :
a) Kekuatan
pikiran yang intinya kita harus mengisi pikiran kita dengan hal-hal positif.
b) Kekuatan
hati yang intinya kita harus punya niat dan keinginan kuat untuk menjadi orang
yang berhasil.
c) Kekuatan
iman yang intinya apapun keinginan kita maka sertakanlah Tuhan dalam setiap
usaha dan keinginan kita tersebut.Kenapa Nikah Kalau Bercerai
Pertanyaan:
Assalamualaikum w.wb...
Saya ingin tanyakan apakah dibenarkan
dalam Islam bercerai? Padahal usia perkawinan saya baru seusia jagung.
Masalahnya karena sudah tidak ada lagi kecocokan dan sering terjadi keributan
di dalam rumah tangga kami yang belum juga dikaruniai anak. Terimakasi...
Zulfan (nama samaran)
di Lhokseumawe
Jawaban:
Saudara Zulfan yang Dirahmati Allah SWT,
Menikah dan bercerai adalah pilihan. Siapapun berhak menikahi siapa
saja, selama pernikahan itu sah dan dibenarkan dalam syariat. Maka siapapun
juga boleh saja memutuskan hubungan pernikahan itu dengan bercerai. Betapapun
itu buruk dan betapapun itu menyakitkan banyak pihak, termasuk bagi si
muslim/muslimah itu sendiri. Sejauh aturan yang ada.
Menikah adalah syariat. Maka, sebagaimana juga bercerai dalam bingkai
pilihan terbaik yang selalu hanya dilakukan jika menjanjikan manfaat, menikah
punya banyak manfaat bagi kehidupan seorang muslim atau muslimah, bahkan bagi
keutuhan dan kesejahteraan sebuah masyarakat. Banyak dalil dalam al-quran dan
hadis-hadis Nabi yang menjelaskan manfaat, faidah dan keuntungan menikah.
Sebelum berbicara tentang hal ihwal perceraian yang tentunya bukan hal
yang kita inginkan, dan sebisa mungkin dihindarkan dalam hidup kita sebagai
muslim dan muslimah, sudah sepantasnya kita menjenguk kembali nilai-nilai yang
telah disempurnakan Islam pada diri setiap mukmin, dengan syariat menikah.
Allah berfirman dalam QS. An-Nuur : 32 artinya, “Dan kawinkanlah
orang-orang yang sendirian di atara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin)
dari hamba-hamba sahaya mu yang wanita. Kalau mereka miskin, Allah akan membuat
mereka kaya. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui”.
Sementara, bila seorang mulai berpikir untuk
bercerai, ia harus segera memikirkan sebanyak mungkin alternatif lain yang bisa
menyelesaikan persoalannya yang menyebabkan dirinya tak lagi merasa terbebani,
kemudian setidaknya menunda terlebih dahulu pilihan untuk bercerai.
Meski demikian, bercerai tak selamanya tabu. Seperti pernikahan,
perceraian juga bisa memiliki kualitas-kualitas yang berbeda-beda. Ada
perceraian yang sangat tidak dianjurkan atau bahkan dilarang.
Ada perceraian yang dianggap sudah layak, sudah selayaknya, bahkan suatu
saat bisa saja ada jenis perceraian yang memang dianjurkan atau diperintahkan.
Yaitu ketika perceraian itu sudah menjadi media menyelamatkan agama seseorang,
kehormatan seseorang di hadapan Allah.
Saudara Zulfan yang dimuliakan Allah SWT, Ketika
perceraian adalah pilihan, seperti halnya menikah, seorang muslim atau muslimah
tidak boleh salah pilih. Salah menentukan pilihan dalam menikah bisa berakibat
kehancuran rumah tangga. Salah memilih dalam bercerai atau tidak bercerai, juga
berpotensi menghancurkan kebahagian hidup seseorang. Baik dalam jangka waktu
terbatas, atau bahkan selama-lamanya.
Soal perceraian menjadi sesuatu yang sentral. Bertahannya kaum muslimin
dalam rumah tangga secara nyaman, yang lalu berakses pada kelancaran
reproduksi, dan akhirnya menjadi bagian dari pemakmuran bumi dengan orang-orang
beriman, jelas menjadi tujuan kita bersama.
Maka, bila pun perceraian itu harus terjadi,
jangan sampai menghambat proses pemakmuran bumi ini, dengan misalnya, semakin
banyaknya janda-janda yang sulit mendapatkan pasangan hidup lagi, atau
duda-duda yang kesulitan bersaing dengan para lajang dalam mencari istri
sebagai pendamping hidup mereka.
Saudara Zulfan,
Anda harus ingat, bahwa menikah,berarti menjalin ‘persahabatan’ dengan
isteri atau suami. Isteri atau suami adalah pendamping, teman, sahabat, bagi
pasangannya. Selain dengan isteri, pernikahan mengikat jalinan-jalinan baru
dari persahabatan dengan karib kerabat suami atau istri. Persahabatan karib
yang sering disebut dengan istilah shilaturrahim. Ikatan yang bermula dari
persatuan rahim.
Di situ ada anak, kemenakan, paman, saudara. Bahkan lebih dari itu,
saudara ipar, menantu, mertua, saudara sesusuan, dan karib-karib kerabat
lainnya, baik yang bersatu secara langsung dalam silaturrahim, maupun yang
terkait secara tidak langsung oleh persatuan tersebut.
Maka, salah satu dari konsekuensi perceraian
adalah menuai potensi meregangnya hubungan persahabatan tersebut. Tidak jarang,
istri yang bercerai dengan suaminya, atau sebaliknya suami yang bercerai dengan
istrinya, akhirnya juga merenggangkan hubungan kekeluargaan yang selama ini
terjadi dengan mantan pasangannya.
Padahal, Nabi senantiasa menjaga hubungan baik dengan karib keluarga Khadijah,
meski sang isteri yang mulia itu telah lama meninggalkan beliau.
Menikah menyadarkan seseorang, bahwa akhirnya ia memiliki orang tua yang
bukan dari garis keturunannya. Orang tua adalah mertuanya atau orang tua
kandung dari istri atau suaminya. Ini adalah dinamika baru dalam hidup
seseorang. Di situ seseorang mulai belajar memberi penghormatan pada orang yang selama ini mungki tidak ia kenal.
Akan terjadi tarik ulur antara kepentingan pribadi dengan keharusan
menghormati mertua atau bahkan menantu, antara keegoan diri dengan upaya
menjaga hubungan baik dengan keluarg pasangan. Karena sering kali hubungan
tidak baik dengan orang tua berujung pada keretakan rumah tangga itu sendiri
dan mengakibat silaturahmi antara dua keluarga besar retak. (*)
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr.Wb...
Saya sudah menikah satu tahun. Antara saya dan istri sering
terjadi cekcok/ribu karena salah paham saat berkomunikasi. Saya ingin
menanyakan bagaimana membangun komunikasi yang baik dengan istri?
Farhan (nama samaran),
pegawai swasta di Banda Aceh
pegawai swasta di Banda Aceh
Wa’alaikum Wr.Wb.
Pak Farhan yang baik,
Bagaimana membangun komunikasi yang baik dengan
istri, pertama yang perlu Anda lakukan adalah penyesuaian diri. Adanya
kesadaran masing-masing pihak, membangun komunikasi.
Nah, jika komunikasi sudah macet, maka masing-masing
harus memiliki kesadaran untuk tetap menjaga agar komunikasi tidak terputus.
Misal kadang-kadang suatu pihak diam, ada pihak lain yang berinisiatif untuk
berkomunikasi. Kemudian libatkan pihak ketiga, kalau tidak sanggup diatasi.
Jadi komunikasi harus didasari pada penyesuaian
diri, kalau kebiasaan lama tidak ada penyesuaian, komunikasi bisa macet. Komunikasi
dalam keluarga sangat penting, sangat berperan memberi kehidupan bagi rumah
tangga. Karena mengasuh anak perlu kebersamaan,
komunikasi dengan anak penting juga dilakukan, begitu juga dengan istri.
Ada tingkatan tertentu.
Pak Farhan, Dengan komunikasi yang baik akan ada
interaksi saling memahami perasaan masing-masing yang dapat menumbuhkan
pengertian dan saling menghargai. Untuk itu diperlukan masing-masing pihak menjadi pendengar yang baik, peka terhadap
perasaan pihak lain, menaruh perhatian, kemudian diri sendiri juga penting,
yang penting adalah lawan bicara.
Agar lebih menghidupkan komunikasi maka diperlukan adanya kehangatan (afeksi). Ada
panggilan sayang dari suami kepada istri, sehingga saat berkomunikasi
kehangatan itu lahir untuk “mendinginkan” kesalahpahaman yang terjadi saat
berkomunikasi.(*)
Persiapan Menjelang Perkawinan
Ilustrasi|int |
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
Wr.Wb...
Saya
perempuan dewasa berusia 25 tahun, tidak lama lagi akan menikah dengan seorang
pria tiga tahun lebih tua dari saya, yang ingin saya tanyakan sebelum memasuki
jenjang pernikahan, apa sebaiknya yang harus saya dan calon pasangan saya
lakukan, sehingga kedepannya apa yang kami cita-citakan, bisa mewujudkan
keluarga sakinah mawaddah warahma tercapai,
terima kasih...
Rina (nama samaran)
di Lambaro, Aceh Besar
di Lambaro, Aceh Besar
Jawab:
Wa’alaikumsalam Wr.Wb...
Saudari Rina yang baik,
Drs Armia Idris Konselor |
Agar konflik dan masalah dalam berrumah tangga dapat diminimalisir maka setiap
pasangan harus memiliki pengetahuan yang cukup sebelum mereka memasuki jenjang
pernikahan, sehingga dalam mengarungi bahtera rumah tangga mereka sudah siap
menghadapi goncangan, pergesakan, dan hambatan yang ada.
Saudari
Rina, sebuah perkawinan harus melalui persiapan-persiapan yang matang, antara
lain dalam memilih jodoh tentunya dipandu dengan agama. Kalau dalam agama Islam,
pemilihan jodoh harus dilihat dari fisik, cakep/gantengnya lelaki yang akan
menjadi calon suami Anda. Segi kekayaan, sudah memiliki penghasilan tetap, kemudian
berasal dari keturunan keluarga baik-baik,
dan yang tertinggi seiman, beragama, dan berakhlak mulia.
Saat
akan melangkah ke pelaminan, Anda juga perlu melakukan persiapan fisik, mental,
dan termasuk persiapan pedanaan. Misal mengikuti training Calinda (calon linto
dan dara baro). Kemudian persiapan fisik yaitu pemeriksaan kesehatan, untuk
menghindari agar jangan sampai ada penyakit-penyakit menular yang berbahaya.
Kalau bisa diobati, maka diobati dulu baru menikah dan ini sudah banyak
dilakukan.
Kemudian
Anda juga perlu persiapan lainnya, yaitu pendewasaan usia perkawinan sebagai
salah satu unsur persiapan menjelang perkawinan. Dengan catatan usia pria
minimal 25 tahun dan wanita 20 tahun. Disisi
lain ukurannya “sanggup tidaknya untuk meningkah” dan ini penting Anda lakukan
bersama calon pasangan Anda.
Dalam
hadis Rasulullah SWA tertulis, “Wahai para pemuda kalau Anda sudah sanggup kawin,
silakan kawin, karena dengan kawin akan memelihara mata dan menjaga kehormatan,
dan barang siapa yang belum sanggup, maka baginya puasa dulu”.
Puasa
yang dimaksudkan di sini, punya dua arti, secara leterlek puasa mengandung
makna menahan lapar dan dahaga dan secara lebih dalam, puasa bermakna mendewasakan usia perkawinan.
Saudari
Rina, dalam sebuah rumah tangga, kenyataan hari-hari yang kita lihat, perkawinan
acap kali dianggap sebagai proses alami melalui pemahan yang dangkal terhadap
makna ijab kabul yang diartikan sebagai jual beli, sehingga istri diidentikan
dengan dapur, sumur, dan kasur. Ini berakibat terjadinya KDRT baik secara fisik
maupun psikis. Akibatnya yang terjadi perkawinan yang tidak ada persiapan,
menimbulkan berbagai konflik dan berakhir
dengan perceraian.
Sering
kita melihat perkawinan kalangan artis, sebulan berumah tangga sudah ribut, ini
indikator perkawinan tidak ada persiapan. Dan anehnya masa sekarang ini
generasi muda kita banyak mencontoh hal itu dan semoga Anda tidak termasuk ke
dalamnya.
Saudari
Rina, sebelum menikah sebaiknya, Anda libatkan orangtua untuk menilai calon
pasangan Anda. Biasanya dalam agama Islam, anak gadis dalam memilih jodoh,
biasa orangtua ikut menentukan jodoh bagi anak gadisnya. Jika ada pilihan dari
anak gadisnya maka orangtua akan mengecek asal usul dan siapa lelaki pilihan
anak gadisnya itu. Jika tidak cocok, maka orangtua akan memberi masukan dan
menasehati anak gadisnya. (*)
*Rubrik ini bekerjasa sama dengan
Jurnal Haba Keluarga Perwakilan BkkbN Aceh
*Rubrik ini bekerjasa sama dengan
Jurnal Haba Keluarga Perwakilan BkkbN Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar