Foto; Saniah LS |
BANDA ACEH – Deputi Keluarga Sejatera dan Pemberdayaan Keluarga
(KSPK) BkkbN Pusat, DR. Sudibyo Ali Muso MA mengatakan, keberhasilan program
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) di Aceh tidak terlepas dari peran
ulama dan pimpinan dayah (pesantren). Deputi KSPK yang baru pertama kali ke
Aceh ini mengutarakan itu pada Silaturahmi Ulama dan Pimpinan Dayah di The Pade
Hotel, 8 November 2014.
“Peran ulama dan pimpinan pasantren sangat diperlukan dalam
meyakinkan masyarakat di Aceh agar dapat berpatisipasi dalam
menyukseskan program KKB. Untuk itu pada acara silaturahmi ini kami mengajak
para ulama, pemilik pondok pasantren, dan serta tokoh agama di Aceh,
untuk bersama-sama melahirkan keluarga berkualitas,” tuturnya.
Menurut dia segala permasalahan kependudukan tidak bisa
diselesaikan sendiri untuk itu perlu melibatkan banyak pihak agar program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Aceh bisa
berjalan dengan baik dan sukses, khususnya program KB.
“Selama ini ada yang beranggapan kalau program KB itu membatasi
jumlah anak padahal tidak demikian. Program KB mengatur jarak kelahiran jadi
bukan membatasi,” katanya mengingatkan soal persepsi yang salah selama
ini. Diakhir
pidatonya Sudibyo mengharapkan, dengan adanya pertemuan antara BkkbN pusat dan
Aceh dengan para ulama dan pemilik dayah hari ini, mudah-mudahan pimpinan
dayah dan pesantren dapat mengupayakan kembai penguatan program
KKBPK di Aceh.
“Pada prinsipnya bagaimana kita memnbangun
keluarga ini menjadi keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera, dan
keluarga sakinah, mawadah waramah,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BkkbN Aceh, Drs M. Natsir Ilyas
Mhum kepada wartawan mengatakan, keberhasilan program KKBPK di Aceh tidak
terlepas dari peran para ulama, pimpinan dayah, dan tokoh agama.
“Pelaksanaan program KKBPK di Aceh sukses dikarenakan adanya
dukungan dari pada ulama, pimpinan dayah, dan tokoh agama. Kami sudah
melibatkan ulama sejak dari awal. Mungkin kalau tidak ada peran dari ulama
program ini tidak berjalan maksimal di Aceh,” kata Natsir.
Dari perkembangan terakhir, ujar Natsir, dilihat pelaksanaan
program KB di Aceh sangat sukses, hal ini dilihat dari rata-rata keluarga di
Aceh tidak lebih memiliki dari tiga anak. Ini suatu yang sangat relevan untuk
Aceh.
Untuk itu, BkkbN ke depan lebih mengarahkan kepada pembinaan
generasi mudanya. Kalau generasi muda ini diberikan bekal yang cukup, menurut
Natsir calon-calon orang tua baru ini akan sendirinya mengikuti program KB.
“Pada 2015 kami akan memperkuat program Generasi Berencana (GenRe)
di kabupaten/kota di Aceh, tidak terkecuali di daerah-daerah kepulauan. Dengan
timbulnya kesadaran dari para remaja bahayanya pernikahan dini, kami harapkan
tidak saja menurunkan angka kematian ibu dan anak di Aceh yang tinggi jumlahnya
juga menurunkan angka perceraian yang sudah cukup meresahkan,” sebut Natsir.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Aceh
uyang juga Wakil Ketua MPU Aceh, Tgk Faisal Ali mengatakan, tidak ada salahnya
jika ulamaikut mensukseskan program KB di Aceh. Untuk itu dia meminta agar
tidak memiliki pikiran sempit dalam melihat program KB karena dalam Islam
sangat dituntut untuk mencapai kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
“Di dalam Islam sangat diajarkan bagaimana mengatur
kelahiran, bukan pembunuhan karena di dalam Islam tidak diajarkan membunuh,”
ujarnya mengakhiri wawancara dengan wartawan.
Pada acara silaturahmi dengan para ulama dan pimpinan dayah di
Aceh dirangkai dengan acara Pengukuhan Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan
Pembangunan Provinsi Aceh periode 2014-2017 yang Ketuanya DR Saiful Mahdi
M.Sc. Pengukuhan dilakukan oleh Ketua Koalisi Indonesia untuk Kependudukan, DR
Sonny Harry B. Harmadi yang juga memberi materi pada pertemuan tersebut.
Terlihat hadir pada acara silaturahmi tersebut Ketua PMNU Aceh, Faisal Ali, Kakanwil Kemenag Aceh, Ibnu Sa’dan, tokoh agama di Aceh, dan sejumlah petinggi lainnya di jajaran BkkbN Pusat dan Aceh. (Saniah LS)
Terlihat hadir pada acara silaturahmi tersebut Ketua PMNU Aceh, Faisal Ali, Kakanwil Kemenag Aceh, Ibnu Sa’dan, tokoh agama di Aceh, dan sejumlah petinggi lainnya di jajaran BkkbN Pusat dan Aceh. (Saniah LS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar