Rabu, 02 April 2014

Pelajar Difabel Diberi Kesempatan Ikut Pertukaran Pelajar ke Luar Negeri

Pelajar Aceh yang sedang di Amerika bersama orangtua angkat mereka|ist
BANDA ACEH – Bina Antarbudaya Chapter Banda Aceh, pada 2014 kembali membuka pendaftaran bagi siswa kelas 1 SMA/MA/SMK/sederajat yang ingin mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri. Program ini juga membuka kesempatan bagi pelajar SLTA difabel di Aceh.

“Siswa  kelas 1 SLTA dengan kebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa, diberi kesempatan yang sama untuk mengikuti program pertukaran pelajar Bina Antarbudaya ke Asia Pasifik, Eropa, dan maupun Amerika,” tutur Sending Coordinator Antarbudaya Chapter Banda Aceh, Muhammad Fathun yang didampingi Project Officer Seleksi, Roma.

Pendaftaran dibuka sejak 1 Maret dan ditutup pada 13 April 2014. Mereka yang mendaftar kata Fathun, pelajar yang berusia 16 hingga 18 tahun dengan cara membeli PIN pendaftaran langsung dengan harga Rp50 ribu dan mengisi formulir secara online.

PIN pendaftaran dapat dibeli di volunteer yang ada di beberapa daerah kabupaten/kota di Aceh. Kemudian mengaktifkan pin dan akun di website Bina Antarbudaya dan mengisi formulir online. Setelah itu siswa kelas 1 SMA/MA/SMK/sederajat dan pelajar difabel yang mendaftar dapat mengikuti seleksi yang akan digelar betahap dengan waktu berbeda.


“Bagi pelajar berkebutuhan khusus saat mengikuti seleksi akan didampingi panitia. Tiga tahun belakangan sejak program ini dibuka selalu ada pelajar berkebutuhan khusus yang lolos seleksi tapi sayang bukan dari Aceh. Kita berharap tahun ini ada peserta difabel dari Aceh yang lolos seleksi,” kata Fathun yang diaminkan Roma.

Menurut Fathun panitia seleksi pernah mencoba siswa difabel mengikuti seleksi pertukaran pelajar Bina Antarbudaya ke luar negeri, namun sayang kata dia lagi masih ada orangtua yang tidak mengizinkan para pelajar dengan kebutuhan khusus itu ikut serta dalam program yang digelar setiap tahun itu.

“Alasan tepat kami tidak tahu mengapa tidak mendapat izin dari orangtua. Karena tahun lalu ada satu pelajar difabel yang pitar dan jago bahasa Inggris kami coba ikut sertakan, dianya mau namun orangtuanya tidak mengizinkan. Harapan kami tahun ini ada siswa kita yang lulus seleksi dari difabel dan orangtua memberi izin,” harap Fathun.

Roma menambahkan, jelas dia, seleksi terdiri atas tiga tahapan yaitu, tes tulis (meliputi pengetahuan umum, Bahasa Inggris, dan esai Bahasa Indonesia), wawancara kepribadian dan wawancara Bahasa Inggris pada tahap kedua, serta tahap terakhir yaitu dinamika kelompok. Untuk tiap tahapan berlaku sistem gugur.

Jumlah yang lolos tak berdasarkan kuato tapi berdasarkan kemampuan dari siswa yang mendaftar. Tahun lalu, sebut Roma dari Aceh ada 250 pelajar yang mendaftar dan yang lulus ada empat pelajar, yaitu Maria Ulfa Marwan dari SMAN 10 Fajar Harapan dan sudah berangkat pada 16 Maret ke Jepang melalui program AFS Jepang.

Sedangkan tiga siswa lagi yaitu Ratu Aisyah Chairunisa dari SMAN 4 Wira Bangsa Meulaboh, Muhammad Alfin Falha Mirza dari SMA Labschool Unsyiah, dan Widya Azhar dari Pesantren Oemar Dyan Aceh Besar akan berangkat Agustus 2014 ke Amerika Serikat.

Pelajar Aceh di negeri Paman Sam bersama pelajar dari negara lain|ist
“Program pertukaran pelajar ini berlangsung sebelas bulan nantinya. Siswa akan tinggal bersama orang tua angkat. Di sana, mereka akan belajar dengan sistem pendidikan luar negeri sekaligus memperlajari kebudayaan setempat. Sekembali ke Indonesia, mereka akan melanjutkan pendidikannya di kelas tiga lagi,” tutup Roma.

Tujuan dari pertukaran pelajar Bina Antarbudaya adalah menjadikan pelajar sebagai calon pemimpin ke depan yang inspiratif. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi nomor handphone 082272312115 atau langsung lihat panduan pendaftaran di www.binabudaceh.blogspot.com.

Program pertukaran pelajar Bina Antarbudaya ke luar negeri terdiri atas dua pilihan yaitu Youth Exchange and Study (YES) berupa beasiswa penuh dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan negara tujuan AS.


Sedangkan American Field Service (AFS) adalah program yang biaya tak sepenuhnya ditanggung dengan tujuan negara-negara adalah Asia-Pasific (Thailand, Philipina, China, Jepang, dan Malaysia), Eropa (Italia, Jerman, Swis, Perancis, Belgia, dan Belanda). dan Amerika (Canada, Brazil, Meksiko, Amerika Serikat). (Saniah LS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar