Jumat, 02 Mei 2014

Remaja Jembatan Menuju Bonus Demografi Indonesia

Kepala BkkbN RI, Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK sedang memberi
kuliah umum di FKIP Unsyiah dalam lawatan kerjanya ke Banda Aceh
beberapa waktu lalu|Saniah LS 
BANDA ACEH – Bangunan itu memang terlihat sederhana. Bangunan rumah dengan tiga ruang kamar didalamnya. Semakin masuk ke dalam semakin terlihat ke-kompleksitasannya. Suasana nyaman sengaja diciptakan, karena ruangan-ruangan di dalam bangunan ini adalah ruang tempat berbagi.

Rumah ukuran kecil yang berlokasi di kawasan Peurada Banda Aceh ini adalah sekretariat Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) Bungong Jeumpa. Rumah ini segaja dihadirkan untuk memberi tempat bagi masyarakat dari segala lapisan untuk mendapat pengetahuan seputar keluarga, bahkan informasi untuk mempersiapkan sebuah keluarga.

Rabu 19 Maret 2014 lalu, Kepala BkkbN RI, Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK beserta rombongan berkesempatan mengunjungi PPKS Bungong Jeumpa, dan berdialog langsung dengan para Konselor dan berdialog langsung dengan PLKB/PKB.

Fasli Jalal terlihat puas, dengan konsep ruang berbagai yang ditampilkan oleh PPKS Bungong Jeumpa. Fasli Jalal meminta kepada segenap relawan PPK untuk bisa terus memasyarakatkan kebiasaan berbagi alias konseling demi terciptanya sebuah keharmonisasian dalam keluarga. 


Suasana kuliah umum|Saniah LS
“Kita harus bisa menjadikan konseling menjadi gaya hidup, dan harus bisa mengubah pandangan masyarakat yang selama ini salah, menganggap konseling adalah membuka aib atau bahkan konseling adalah indikasi dari sebuah kehidupan keluarga yang bermasalah,” ujarnya dihadapan para PLKB/PKB.

Disebutkan mantan Wakil Menteri Pendidikan RI ini, membiasakan konseling jangan hanya dilakukan pada kalangan masyarakat dewasa saja, melainkan juga dikalangan remaja. Bagi remaja konseling diperlukan demi terwujudnya persiapan menuju keluarga yang baik dan terencana.
“ Hal ini perlu dilakukan karena ini adalah cikal bakal terwujudnya keluarga yang terencana, untuk menarik minat remaja agar mau melakukan konseling tentunya harus dilakukan dengan bahasa gaul bahasa yang dipahami oleh remaja,” jelasnya.

Bonus Demografi
Hal senada juga disampaikan Fasli Jalal saat menjadi keynote speaker dihadapan seratusan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Maret 2014 lalu.

Dihadapan para calon guru ini Fasli menekankan pentingnya kesiapan seorang warga dalam menata hidupnya yang nantinya berdampak bagi perkembangan penduduk disebuah Negara atau wilayah.

Fasli Jalal saat memberi kuliah umum|Saniah LS
“Jika saat ini kita bisa menata kehidupan dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang baik yang salah satunya adalah mempersiapkan keluarga yang terencana, itu artinya kita akan mendapatkan bonus demografi,” jelas Laki-laki asal Sumatera Barat ini.

Bonus Demografi adalah dimana komposisi penduduk dengan umur produktif  disebuah wilayah atau Negara sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Disebutkan Fasli Jalal, saat ini Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Hal ini dikarenakan jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.

Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.

Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Permasalahan pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang.

“Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar, yaitu kualitas manusia,” tegas Fasli Jalal Kepala BkkbN Pusat. (Dara El-Achee)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar